Sep 7, 2017

Kuda Tua Tetap Menggila

Grup Band senior Crazy Horse kembali meluncurkan album rekaman. Ada ruang pula untuk musik underground.

Setelah terlena hampir 30 tahun dan memiliki cukup banyak penggemar fanatik termasuk dari kalangan turis, tahun lalu “Crazy Horse’ meluncurkan album pertama“Smile Bali Smile”. Ternyata, itu hanyalah awal dari ledakan kreativitas mereka. Agustus tahun ini, mereka meluncurkan album kedua seraya telah menyiapkan materi pula untuk album ketiga “Kejar target sebelum  otak kami error,” kata Benny  Sugiharto, sang vocalis.


Tak jauh beda dengan album pertama, album kedua juga berisi 12 lagu dengan 3 bahasa, yakni bahasa Indonesia, Inggris dan Bali. Penggunaan tiga bahasa itu tak lepas dari filosofi band bahwa mereka adalah seorang entertainer sejati.

Soal musiknya, band ini pun tidak fanatik hanya menampilkan  rock. Lagu Love  yang merupakan ungkapan dan ajakan untuk hidup dalam keharmonisan justru dibalut dalam irama reggae. Sementara nuansa blues justru justru muncul dalam lagu berbahasa Bali  Manis  Ngemanesin yang syairnya berisi tentang perempuan dengan inner beautynya  serta lagu  Everything  yang mengajak orang untuk berpikir tentang ketulusan hati.

Satu lagu yang istimewa adalah Wayan yang bercerita tentang kerinduan grup ini pada sosok Wayan Kunyit.  Ia sebenarnya adalah drummer tetap grup ini selama hampir 28 tahun sebelum meninggal karena sakit pada 2015 silam. “Kehadiran Wayan masih kami rasakan setiap kali bermain,” kata Benny mengenai lagu yang ditampilkan dalam nada-nada Balada.

Meski sebagian besar musiknya berbau 80-an, grup yang namanya diambil dari nama sebuah café yang menjadi tempat mangkal pertamanya ini juga berusaha mengakomodasi genre musik baru. Yakni, musik underground yang sedang diminati oleh anak-anak muda. Mereka menyisipkannya di lagu Damailah Indonesiaku, dengan mengundang  band Death Metal  Parau.  Lagu ini menandai harapan untuk tetap berdampingan dengan grup-grup band muda dalam menghibur masyarakat dan mencurahkan kreativitas.

Pengamat musik Bali, Made Adnyana menilai, secara material tidak ada perbedaan yang mencolok antara album pertama dan kedua ini. “Mungkin karena rentang waktunya yang pendek, sementaranya idenya sudah terpendam cukup lama,” ujar pemilik situs mybalimusic.com ini. Namun, menurut dia, energi kreatif yang dilontarkan band ini terasa sekali dalam setiap lagu apalagi dengan beragamnnya genre musik  yang dimainkan.


Tentang Crazy Horse, menurutnya, yang harus dihargai adalah semangat yang belum juga pupus di usia senja . Apalagi dengan keberanian berinovasi memasukkan unsure musik underground. “Itu bukan tanpa resiko, karena bisa dianggap aneh oleh penggemar fanatiknya sendiri,” sebut Adnyana. Di sisi lain, band ini membuka harapan untuk bisa diterima oleh generasi baru penikmat musik. ROFIQI HASAN

Nama Band         : Crazy Horse
Personil               : Benny Sugiharto (vocal) , IB Joni Suparta (bass), Dewa Wijana Nida (Guitar), Joachim “Bardy” Diaz (keyboard) dan IB Nindya Wasista Aby (Drum)
Album                   : Rock in Love
Lagu                       :

Sang Musisi
For You
Love
Thousand Years
Manis Ngemanesin
Everything is Gonna be Allright
Kau dan Aku
Im Sorry
Wayan
Crazy Horse
Tetaplah di Hatiku
Damailah Indonesiaku

2 comments:

Anonymous said...

How to make money from sports betting? | Worktomakemoney
How to Make Money from Sports Betting? Learn how to หารายได้เสริม make money on sports betting and other sports. Learn the secrets to win money betting and other sports

Anonymous said...

In 1898, Charles Fey, generally generally known as|often identified as} the father of the slot machine, created the Card Bell. This poker machine could automatically pay money prizes to the winner, the biggest of which was 20 coins for a royal 바카라사이트 flush. Well, if you trace the historical past of video poker, you’ll find that its evolution has been carefully related to that of slot machines. To correctly understand the event of video poker, we must start with some forerunners of the game. They provide more consolation, more selection, more multi-hand games and more enjoyable. It is required, though, with about40% of peopleon the self-exception list citing video machines as their reason for being added to the list.