Jan 3, 2019

Hantu- hantu di Ingatan Saya



Masjid Attaqwa Pakem

Malam-malam gini enaknya nulis soal hantu akh. Ini bukan hantu sindiran macam hantu Marx yang suka keluar di bulan September itu tapi hantu beneran lo. Sebagian juga hantu imajiner sih  alias hantu yang dikhayalkan di masa kecil dulu.



 Nah, tulisan ini  memang ditujukan untuk memelihara ingatan masa kanak-kanak yg entah kenapa selalu bahagia dengan hal hal aneh di kampung. Versi lisannya pernah diceritakan ke anak-anak saya Ima dan Dede ketika mereka masih suka nanya-nanya, waktu kecil bapaknya kaya apa sih.




Yang perlu diceritakan dulu tentu soal kampungnya ya. Jadi nama kampungnya atau dusunnnya  itu adalah Labasan. Apa artinya?. Jangan tanya deh, karena gak tahu. Kemudian kampung ini bergabung dengan 2 kampung lainnya yakni Sanggrahan dan Sukunan yang kemudian diadministrasikan dalam sebutan Dusun 10. Dulu juga ada sebutan Kring, gak tahu juga apa artinya. Lalu di era RT/RW dipecah-pecah jadi makin ruwet aja (Itulah Indonesia).

Kampung ini berada di Desa Pakembinangun yang jadi pusatnya kecamatan Pakem. Otomatis berdekatan dengan pasar, terminal dan masjid besar, yakni Masjid Attaqwa. Waktu kecil, masjid inilah yang menjadi salah-satu pusat kegiatan saya. Maklumlah, bapak saya Alm KH Abdussomad Santosa adalah imam di masjid ini

Pemandangan sawah yang masih tersisa di kampung Labasan, 2013

Hantu pertama yang ingin dikenang adalah hantu pocong atau keranda. Ini ceritanya karena di Masjid Attaqwa jaman dulu ada satu keranda (alat pengangkut mayat) yang diletakkan di utara masjid. Orang-orang suka bercerita ada hantu yang suka usil keluar dari keranda itu. Ia misalnya, pernah memindahkan orang yang tidur di tengah masjid ke bawah bedug.

Tapi yang saya ingat betul entah nyata atau imajiner adalah pertemuan dengan sang hantu suatu kali ketika saya masih suka tidur di tempat Pakde Dawam yg rumahnya di utara masjid. Jaman itu saya masih usia SD dan masih banyak pohon mlinjo besar di samping rumah pakde. Selepas Isya dan mau pulang ke rumah kami melihat sosok hantu itu bergelantungan di atas pohon dengan pakainnya yang legendaris. Reaksi saya saat itu hanya melongo saja, sementara kakak saya kemudian berzikir untuk memintanya pergi.

Karena penasaran dengan cerita hantu ini, ketika sudah bersekolah di Madrasah Tsanawiyah (setingkat SMP) , saya sangat sering tidur di masjid antara lain karena ingin merasakan sensasi melihat hantu. Sayang, keinginan itu tak pernah terpenuhi.

Hantu lain yang masih saya ingat adalah hantu perempuan dan anaknya di Jembatan Pulowatu, Baratan. Cerita ini saya dengar dari bapak saya sendiri yang juga adalah seorang pendakwah agama Islam. Karena itu beliau (semoga Allah memberikan tempat yang mulia di Surga- Amin) kerap berkeliling di seputaran kampung untuk mengajarkan agama Islam.

Suatu malam setelah menjalankan tugas itu, bapak harus melintasi jembatan Pulowatu yang memang terkenal angker saat itu (sekarang sih sudah jadi tempat wisata kuliner). Posisinya juga unik karena untuk melintasinya yang berada di atas sungai boyong harus turun cukup tajam dan melewati lembah cukup panjang sekitar 500 meter sebelum naik lagi di perkampungan.

Nah saat berada di ujung barat jembatan tiba-tiba ada seorang ibu menggendong bayi meminta tumpangan. Tanpa firasat apapun, bapak pun memboncengkannya meski saat ditanya akan turun dimana dia hanya diam saja. Setelah beberapa saat, dan sampai melintasi desa Baratan, barulah bapak sadar si ibu sudah tak ada di boncengan motor Yamaha-nya.

Saat itu beliau pun  teringat bahwa baru saja melintasi kuburan desa. Hebatnya bapak saya, beliau 
kemudian menghentikan motor lalu memanjatkan doa untuk si ibu dan anaknya itu.




Hantu lain yang pernah  diceritakan adalah hantu  Wedon. Ini disampaikan oleh salah-satu guru Ngaji di di kampung saya. Ceritanya, beliau bersama kelompok pembaca Al Qur'an suatu kali harus pergi berjalan kaki ke kampung sebelah. 

Saat melintasi kuburan, tiba-tiba ada asap kecil di jalanan yang kemudian berubah makin besar seraya membumbung ke angkasa dan membentuk figur yang menakutkan. Setelah kelompok itu membacakan zikir, maka asap itu pun buyar pelan-pelan.

Hantu lain yang cukup melegenda adalah hantu yang kut kenduri. Ini kaitannya dengan sebuah bangunan kuno di kampung saya peninggalan jaman Belanda. Bangunan ini saya kenal pertama kali sebagai kantor pegadaian tapi kemudian digunakan untuk sekolah. Nah, suatu kali pemilik rumah di sebelah gedung ini sedang melakukan kenduri. Tiba-tiba ada seseorang tak dikenal ikut serta dalam acara itu tanpa seorang pun yang mengenalnya. Ketika kenduri selesai, tiba-tiba tak ada yang menyadari orang itu sudah hilang.

Selain kisah hantu itu, ada banyak cerita misteri di kampung saya. Seperti tangisan anak-anak dari kubur sampai suara tangisan yang menandai akan adanya kecelakaan yang bakal menelan korban jiwa di jalan Kaliurang.

Boleh percaya, kalau tidak pun tak apa-apa. Yang jelas, sejak kecil saya adalah pembaca setia majalah berbahasa Jawa Joko Lodang dengan rubrik favorit  jagading lelembut (dunia arwah). - KK /RFH








No comments: