IMA GITA saat merayakan Ultah ke-18 |
Soal akar memang agak
unik dan sempat jadi masalah saat saya hendak menentukan namanya. Kala itu,
simbok (ibu dari istri) setelah sepasaran, sesua tradisi Jawa sudah membuatkan
jenang abang lengkap dengan ubo rampenya sebagai bentuk perayaan sebuah nama. Meskipun secara teoritik sudah jelas saya yakini
bahwa setiap nama adalah sebuah doa. Tapi
nama itu tak juga bisa saya tentukan.
Awalnya, saya sudah menemukan nama yang saya anggep cakep,
yakni Gita Loema Dara . Gita diambil dari nama simbok Gito Prayitno yang
berarti tembang. Adapun Loema Dara berasal dari salah-satu karakter yang saya
sukai dari novel Romo Mangunwijaya, “Ikan-ikan
Hiu, Ido, Homa”. Tetapi kemudian saya merasa ada kekosongan dalam nama itu
karena adanya sebuah akar yang hilang.
Akar yang menjadi rujukan dari tradisi yang hidup dan mengalir serta menjadi meta
narasi dalam melakoni dunia ini. Saat itulah muncul nama Fatima yang saya ambil
dari nama putri kanjeng nabi Muhammad SAW. Dikisahkan bahwa Fatimah Az Zahra
adalah putri yang memiliki keteguhan hati dan kesabaran meski hidup dalam
kesederhanaan.
Untuk lebih memberi kesan, di bagian belakang saya berikan
nama Elhasni. Sepintas seperti bahasa Arab bukan? . Tapi sebenarnya itu adalah
gabungan dari nama saya (Hasan) dan nama istri (Tini). Belakangan, El yang
tertempel di Hasni itu sering kami jadikan bahan lelucon bahwa artinya adalah “Loveee”. “Idih kok genit banget..,”. Begitu biasanya
komentar dia.
Semua cerita itu seperti melatari hari ini ketika toh akhirnya
saya harus megantarkannya pergi layaknya melepas merpati
terbang ke langit. – ROFIQI HASAN
No comments:
Post a Comment