Feb 10, 2011

Perempuan-perempuan Wayan Suardika


Wayan Suardika adalah nama yang legendaries pada awal masa keterjerumusan saya di dunia wartawan. Itu karena pada masa 3 bulan training di harian NUSA, awal tahun 1996, ada banyak isu “Dahsyat” tentang gaya hidupnya. Gaya hidup ala hippies dengan pembebasan diri dari dogma-dogma, tentu saja termasuk dalam kehidupan seksualnya.


Begitulah, ia   dimitoskan oleh senior-senior di atas saya (mungkin karena iri hati juga) sebagai wartawan separo seniman yang menghabiskan satu bulan gajinya untuk 1 minggu pertama di awal bulan demi petualangan  itu (kalau Suardika membaca ini, tolong kasih konfirmasi ya di hehehehe…).  Kabarnya ia suka menyusuri Sanur dan tempat-tempat lain yang mengarah urusan bakar-bakaran syahwat (Ini adalah kalimat yang dipopulerkan wartawan senior NUSA saat itu Yustinianus Ibik yang kini sudah Almarhum..semoga surga baginya).

Saya sebagai junior tentu tak berani mengkonfirmasi soal itu. Apalagi setelah saya sempat meninggalkan Bali hingga pada tahun 1998. Bahkan pun setelah saya keluar dari NUSA (akhir 1999) dan berposisi setara dengan Suardi (wartawan freelance lontang-lantung  , maksudnya), saya tak pernah berbicara langsung dengannya mengenai soal itu. Pertanyaan selalu saya simpan dalam hati karena kekhawatiran bahwa ia bakalan tersinggung.

Tapi awal pekan ini, saya seperti mendapat sebuah jawaban. Yaitu setelah seorang wanita kawan  Suardi, Heny menyodorkan sebuah novel berwarna merah dengan judul “Cinta Beriak, Tanda Tak Bertanya” karya Suardi. “Weh novel apa neh, aku gak punya duit”. “Beli saja buat baca-baca”, katanya.  “Ya udah, kasih no rek nanti kutransfer” kata saya setengah terpaksa.

Awalnya novel itu saya taruh begitu saja. Meski terhitung sebagai penikmat novel, saya merasa kurang akrab dengan novel romantis. Koleksi novel saya kebanyakan novel silat atau biografi. Picisan, begitulah penilaian selintas tentang novel semacam itu.

Baru menjelang tidur dan mata tak segera terpejam, sementara fesbuk sudah makin mboseni, teringatlah saya kepada Suardi dan novel itu. Dengan metode baca cepat, halaman-demi halaman saya lalap. Tapi kelamaan makin lambat dan makin lambat karena konsentrasi saya terhanyut pada alur cerita novel itu. Dengan fasih Suardi bercerita tentang gairah cinta yang menghubungkan seorang  seniman- aktivis plus tentu saja kere (Ini sepertinya obsesi Suardi mengenai dirinya sendiri) dengan seorang wanita mandiri, wirausaha dan sukses secara ekonomi.

Tapi diluar, itu masing-masing menyembunyikan rahasia. Suardi eh sitokoh yang diberi nama Don Dulang memiliki kedekatan khusus dengan wanita bule yang bekerja pada sebuah LSM di Bali. Sementara, ceweknya Dara Wangi resah karena tak segera memiliki keturunan (Mereka itu dah kawin berapa tahun sih di…kok gak kutemukan di novel itu). Walhasil eksplorasi Suardi mengenai makna cinta segitiga  itulah yang mengharu biru novel ini.

Tapi di akhir cerita, Giliran si Dara Wangi yang berperan dominan. Ia pun tergoda untuk mendua karena kehadiran seornag pria yang lebih muda dan tampan dibanding Suardi..ealah salah maneh..Don Dulang. Bakar-bakarannya jagungnya takkalah panas dengan petualang suaminya...ini kok kesannya jadi novel Anny Arrow ya...Enggak juga sih, karena menurut saya, Suardi berhasil meramu cerita dengan celetukan-celetukan filosofis maupun yang romantis. Plus tentu pertanyaan menggelitik mengenai arti cinta, kesetiaan dan pengkhianatan (uhuk..uhuk..uhuk..)

Lalu bagaimana akhir ceritanya? “Baca sendiri, pokoknya asyik,” kata saya yang ingin mendorong anda untuk ikut membeli buku ini.

Nah, apa kaitannya dengan mitos yang dicangkokkan ke kepala saya mengenai Suardi? Saya kira dengan menggunakan bahasa wartawan kriminal, patut diduga setidak-tidaknya dalam tingkat pemikiran dan harapan, begitulah yang dipikirkan dan diharapkan Suardi. Paling tidak sudah ada niat dalam dirinya. Ekspektasi akan kebebasan pun tampak pada cara dia mengeksekusi akhir cerita. Bagaimana di tingkat perbuatan?. Mohon maaf, saya tetapi pilih angkat tangan, silahkan tanya langsung kepadanya kontak 0812345678.  

Weh bahasanya kok mbulet gini ya.  Ya sudahlah, beli dan baca sendiri. Untuk Suardi, terus berkarya bung. Ditunggu pembuktian keliaranmu berikutnya.....dalam pikiran maupun perbuatan...

3 comments:

Dieth Tatipata said...

Wayan Suardika adalah sahabat saya. Walaupun saya hanya mengenalnya melalui fesbuk dan satu kali pertemuan saja, tapi kehadirannya dalam kehidupan saya telah memberikan energi postif.
Terlepas dari latar belakangnya yang entah benar atau tidak,saya rasa itu bukan penghalang dalam persahabatan kami yang indah.
Yang saya kagumi dari dirinya adalah sifatnya yang hangat dan periang, nasehatnya yg bijak walau dilontarkan sambil bergurau, dan tulisan-tulisan indahnya yg membuat saya jatuh cinta.
Dia adalah inspirasi saya dalam menulis puisi ataupun cerita,walaupun saya belum punya cukup nyali untuk mempublikasikannya.
Dia juga yang mendorong dan memberi semangat kepada saya untuk berani menulis,bahkan disaat saya kurang percaya diri dan sadar akan kemampuan saya yang terbatas. Bahkan dia tak segan-segan untuk membagikan ilmu menulis kepada saya dan sahabat-sahabatnya yang lain.
Sungguh, dia adalah sahabat sejiwa yang luar biasa.

Setiap manusia,sehebat apapun pasti ada cacat dan kekurangannya. Menurut saya tak pantas kalau kita mengorek-ngorek kekurangan orang lain. Apalagi menghakiminya kehidupannya dengan sinis. Semua hal yang terjadi pasti ada alasannya. Dan semua apa yang kita lakukan di dunia ini pada saatnya nanti akan ada pertanggungjawabannya kepada Sang Pencipta.
Jadi...berpikir positif sajalah. Jangan lupa untuk berkaca dan introspeksi diri...karena tidak ada manusia yang sempurna lho.

Novel CINTA BERIAK ini dipersembahkan untuk sahabat-sahabatnya di fesbuk,karena cerita ini memang berasal dari cerita bersambung yang ditulisnya di fesbuk. Saya suka sekali dengan cerita novel ini. Tampak ringan tapi berisi. Cobalah baca dan resapi perlahan-lahan,maka akan tampak bobot dari ceritanya. Bukan sekedar cerita perselingkuhan yang asal-asalan saja.

Akhir kata sata ucapkan terima kasih karena sudah mendukung sahabat saya dengan membeli novel ini. Nantikan novel berikutnya ya. Dijamin tidak mengecewakan (^_^)

Anonymous said...

hahaha ,kritikan yang membangun...

setan_error said...

hmm cara promosi yang lain daripada yang lain...semangat blie....