Nov 4, 2010

Wah ! Mantan Menbudpar Minta Turis ke Bali Dibatasi

Turis pun Belajar Megamel ( Rof)


MANTAN Menteri Pariwisata dan Kebudayaan di era Megawati, Gde Ardika mengusulkan pembatasan jumlah turis ke Bali.Yakni agar daya dukung Bali tetap terjaga kualitasnya. "Bukan saatnya lagi mengejar turisme massal tetapi harus menyasar yang lebih kualitatif," ujarnya," Kamis (4/11) dalam acara peluncuran buku "How Lucky is Bali" yang berisi bunga rampai pemikiran tokoh  pariwisata Bali.


Ardika melihat, daya dukung Bali yang tahun lalu dikunjungi sekitar 1,9 juta saat ini sudah melebihi kapasitasnya. Hal itu terlihat dari munculnya kemacetan dimana-mana, kurangnya pasokan air, krisis listrik  serta perebutan lahan antara pariwisata dan pertanian. Bila tidak diantisipasi, menurutnya, Bali akan mengalami titik jenuh dan pada akhirnya justru ditinggalkan oleh wisatawan.

Untuk peningkatan kualitas itu, menurutnya, strategi pariwisata  budaya harus tetap menjadi andalan. Tetapi alih-alih menjadi komoditi, budaya merupakan tawaran ruang bagi turis untuk melakukan interaksi dengan masyarakat Bali. Di pihak lain, warga Bali juga dapat menarik manfaat dari pertukaran kebudayaan. "Jadi ukurannya tidak semata-mata karena uang," tegasnya. Selain itu Bali harus dikelola dengan konsep "One Island Management" karena wilayahnya yang kecil.

Dalam kerangka itu, dia berharap tidak semua aktivitas pariwisata diarahkan ke Bali tetapi juga disebarkan ke daerah-daerah sekitarnya seperti ke Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Bila terus memaksakan semua harus ada di Bali, dia khawatir hal itu tidak mewakili kepentingan masyarakat Bali tetpai hanya karena keinginan investor.

Pelaku pariwisata Gusti Kade Sutawa mendukung usulan Ardika itu. Namun dia tidak yakin akan implementasinya. "Konsep otonomi saat ini bertumpu di kabupaten dan Gubernur pun kesulitan mengkoordinasikan mereka," ujar General Manager Hotel Berbintang 4 di Kuta itu. Para Bupati juga terpilih dalam Pilkada yang dipenuhi oleh aroma politik uang sehingga target utama mereka adalah mengembalikan modal yang sudah dikucurkan.

Sementara pengusaha Panudhiana Khun yang menjadi inisiator penerbitan buku menyebut, pariwisata sendiri telah menciptakan kesenjangan diantara masyarakat Bali antara yang miskin dan sangat kaya. Menjadi tugas bersama untuk mengatasi masalah itu melalui peran pemerintah dan pengusaha. Ia pun menekankan pentingnya pajak dari pariwisata untuk pembagian keuntungan yang lebih adil bagi warga Bali dari industri itu. ROFIQI HASAN  

No comments: